Powered By Blogger

Jumat, 19 November 2010

Ahmad Dhani: Memadukan Insting Musisi dan Bisnis

Tentu tak asing mendengar nama Ahmad Dhani. Kelahiran Surabaya, 26 Mei 1972, ini tak hanya dikenal sebagai musisi, tetapi juga produser sejumlah grup band ternama melalui bendera Republik Cinta Management (RCM). Grup band tersebut antara lain Dewa 19, Mahadewi, The Virgin, The Rock, Triad, Lucky Laki dan Mulan Jameela.

Memang, Dhani merupakan sosok yang unik. Ia mengerti benar potensi dirinya. “Ia bisa menempatkan diri kapan ia menjadi kreator dan kapan menjadi businessman. Kemampuan itulah yang membuat Dhani mampu eksis hingga sekarang,” begitu komentar Adib Hidayat, Pemimpin Redaksi Rolling Stone Indonesia, terhadap pria yang bernama lengkap Dhani Ahmad Prasetyo ini.

Bagi Adib, tak banyak musisi Indonesia yang bisa eksis seperti Dhani. Sebagai seorang musisi, ia mampu menciptakan musik-musik yang cocok untuk industri musik. Maksudnya, musik yang pasaran. Ini yang mengakibatkan ia juga berhasil di bisnis musik. Sementara, ia juga bisa menyalurkan idealismenya dengan membuat musik berkualitas. “Ahmad Dhani bisa me-manage dirinya sendiri. Berbeda dari grup band Gigi yang membutuhkan Dani Pette untuk menentukan keputusan langkah di industri musik,” kata Adib membandingkan.

Bagaimana sebenarnya proses kreatif Dhani? Bagi Adib, Dhani bukanlah sosok yang muncul dari entah berantah. Dhani tidak saja memiliki bakat bermusik, tetapi ia juga didukung referensi musik yang ada di kepalanya. Ia memiliki banyak koleksi musik, mulai dari piringan hitam sampai DVD dengan berbagai musik dari berbagai aliran: jazz, pop, folk, rock, klasik, progresiff, R & B, dan blues. “Ia memang berangkatnya dari jazz, tapi semua sound ia dengarkan dan ia hafal di luar kepala,” Adib menandaskan.

Kondisi inilah yang membuat mantan suami Maia Estianty itu bisa terus eksis di industri musik Indonesia. Menurut Adib, dengan banyaknya referensi, Dhani bisa membuat musik jenis apa saja. “Musik yang sesuai dengan selera pasar,” katanya. Adib yang sering dimintai kritik oleh Dhani ini juga bilang, arek Suroboyo itu tidak memerlukan kondisi khusus untuk mencipta lagu. “Saya rasa ia tidak memerlukan ‘ritual’ khusus untuk mencipta lagu,” ia menambahkan.

Malah, Adib bilang, cara kerja dan proses kreatif Dhani sama halnya dengan jurnalis. “Ia kan juga dikejar-kejar deadline. Kalau mendekati rilis, ya ia bikin lagu. Dhani tinggal buka memori di kepalanya saja dan langsung bikin lagu. Ia bisa ambil aransemen lagu ini-itu untuk lagu barunya. Banyak sekali referensinya,” katanya panjang lebar.

Sepengetahuan Adib, tidak ada ruang-ruang khusus di rumah Dhani yang dibuat sebagai tempat menyepi untuk melakukan proses kreatifnya. “Satu-satunya ruang private-nya, ya kamar Dhani. Ia kalau kerja banyak di studio,” ujarnya. Hanya saja, di rumah Dhani memang ada ruang-ruang khusus, misalnya ruang buku dan ruang koleksi kaset/CD. Karena, ia juga kolektor musik dan buku.

Sebagai seorang musisi, Dhani bisa mendapat inspirasi dari mana saja. Adib juga mengatakan, Dhani terinspirasi guru spiritualnya, yang tinggal di Malang. Namanya Faiz M. atau akrab disapa Bang Faiz. Guru spiritual inilah yang sering dimintai saran oleh Dhani. “Bahkan, sepertinya Bang Faiz tahu luar-dalamnya Dhani,” ujarnyas menduga.

Itu sebabnya, Dhani hampir selalu melakukan saran sang guru. “Kadang pendapat-pendapat Dhani soal musik Indonesia sering terpatahkan oleh pendapat Bang Faiz,” Adib, yang pernah serombongan dengan Dhani sowan ke rumah Bang Faiz, mengungkapkan. “Dhani juga seorang NU (Nahdlatul Ulama) sejati. Tiap kali manggung di suatu kota, pasti ia sowan ke kyai lokal di kota itu.”

Sementara Bens Leo, pengamat musik, berpendapat, pada saat Dhani mendirikan RMC, terlihat jelas fokusnya sebagai produser yang masuk industri rekaman, bukan sebagai musisi atau sekadar mencipta lagu. Pada saat itulah sebetulnya proses kreatif menjadi berbeda dari ketika ia menjadi pekerja seni. Ia sudah memosisikan diri sebagai produser, dalam pengertian, ia memproduksi album, memproyeksikan album ini untuk siapa, segmennya ke mana dan lagu-lagunya seperti apa.

Karena itulah, ia melahirkan beberapa album yang layak dipasarkan. Sebagian antaranya ciptaan Dhani sendiri, sebagian lagi ciptaan orang-orang di sekitar dirinya yang cukup besar seperti Andra and The Backbone. Sementara ciptaan Dhani sendiri, konsepnya dari awal untuk beberapa artisnya seperti Mulan Jameela, The Virgin dan Mahadewi.

Beberapa peristiwa menarik yang juga jadi proses kreatifnya adalah ketika Dhani bekerja sama dengan SCTV melahirkan bintang-bintang pendatang baru. Dewi-Dewi yang kemudian menjadi Mahadewi lahir lewat lewat kontes di televisi tersebut. “Ini hampir tidak pernah dimulai produser rekaman yang lain, kecuali oleh Republik Cinta,” katanya. Produser lain ada yang bekerja sama dengan stasiun televisi, tetapi tidak punya konsep. Akademi Fantasi Indosiar diterima Sony, tetapi bukan Sony yang mengonsep. Lain dengan Dhani. Ia merancang kelahiran bintang dari sebuah kontes di televisi dan bintang yang lahir itu untuk RCM. Ini juga jadi proses kreatif ayah Al, El dan Dul ini

Dhani pernah berkata kepada Bens bahwa saat punya RCM, dirinya tidak akan sekreatif dulu lagi. Pasalnya, hal itu akan membuatnya susah. Karena buat lagu susah, ia hanya mendaur ulang lagu-lagu yang lagi hit. Dalam konteks ini passion bisnisnya keluar.

Ia juga pernah mengatakan pada Bens, “Saya tidak akan menjadi seorang musisi atau pencipta lagu, tapi di usia tertentu saya ingin mempunyai perusahaan sendiri yang besar,” kata Bens menirukan ucapan Dhani. Hal itu sudah terjadi pada saat usia Dhani 35 tahun. Sekarang usianya 38 tahun. “Apresiasi layak diberikan kepada Dhani. Itu langkah yang luar biasa bagi musisi Indonesia. Agak jarang orang seperti dia,” tutur Bens memuji.

Sebetulnya, proses kreatif Dhani sama dengan yang lain. Ia mendengar lagu dari banyak orang, kemudian mengeksplorasinya. Pengaruh grup band lain pun ada seperti dari Queen dan Beatles. Misalnya, di album Triad ada lagu Queen, Bohemian Rhapsody, yang diaransemen ulang oleh Dhani dan dinyanyikan sendiri. “Itu ia ambil dari BMG Malaysia di Kuala Lumpur. Ada Queen business di konsep Republik Cinta dan ia melakukannya atas dasar peredaran internasional. Suatu proses kreatif yang berbeda,” ujar Bens. Dhani mengaransemen ulang lagu tersebut dengan versinya. Ia tidak akan mengumbar kreativitasnya untuk menciptakan lagu-lagu baru, lagu lama pun bisa jadi hit di tangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar